Tapi, justru kondisi inilah yang menarik perhatian para ilmuwan. Atas bantuan National Science Foundation dan Departemen Energi AS, para fisikawan dari Universitas Chicago mempelajari sifat-sifat pasir. Pasir yang memancar dalam waktu singkat itu mirip dengan sifat zat cair yang sangat kental.
"Kami menemukan sifat zat cair yang terlihat dalam kombinasi gas - dalam hal ini udara - dengan kumpulan-kumpulan partikel," kata ketua peneliti Heinich Jager. "Fenomena ini sangat menakjubkan," lanjutnya. Sifat zat yang unik seperti ini biasanya terjadi pada kondisi sangat dingin mendekati nol mutlak. Oleh karena itu, penampakan ini menjadi sangat menarik sebab terjadi pada suhu kamar.
Meskipun baru diumumkan kemarin, fenomena ini telah dilaporkan pertama kali pada 2001 oleh Sigurdur Thoroddsen dan Amy Shen dari University of Illinois, Urbana-Champaign. Jaeger mendorong mahasiswanya Andrew Flior untuk melakukan percobaan yang sama.
Menggunakan video berkecepatan tinggi dan simulasi komputer, satu kelompok peneliti yang dipimpin Detlef Lohse dari University of Twente Belanda menunjukkan bahwa pancaran tersebut disebabkan oleh gaya gravitasi yang mendorong partikel mengisi ruang yang ditinggalkan benda yang menabrak permukaan pasir.
Tapi untuk memastikan kebenaran pendapat tersebut, para peneliti menggunakan citra sinar-X dengan 5.000 frame perdetik. Mereka menyimpulkan bahwa tekanan udara di antara partikel pasir menghasilkan energi yang mendorong pancaran tersebut. Hal tersebut diketahui setelah percobaan yang sama pada udara bertekanan rendah, ternyata tidak menghasilkan perubahan pancaran yang besar.
"Hasilnya benar-benar tidak dapat diprediksi," kata Lohse. Perubahan tekanan sebelumnya diperkirakan akan mengurangi kekuatan pancaran tapi kenyataannya tidak. Pancarannya sendiri terdiri atas dua bagian, satu bagian rapat dan bagian lainnya merupakan rangkaian kelompok partikel seperti percikan air.
"Salah satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab adalah mengapa pancaran ini terlihat begitu tajam, mengapa hampir tidak ada batas bukankah partikel-partikelnya terpisah satu sama lain?" kata Jager. Hasil penelitian ini dijelaskan secara rinci dalam jurnal Nature Physics edisi Desember.
LiveScience.com |