This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
9 Apr 2009
Merekam Tulisan Anda
Mobil Tenaga Air
7 Apr 2009
Spesies Baru Salamander Hanya Selebar Kuku
Satu dari tiga spesies baru salamander yang ditemukan di Kosta Rika baru-baru ini hanya memiliki panjang tubuh selebar kuku ibu jari. Penemuan ketiga spesies amfibi itu semakin menegaskan kawasan tersebut sebagai surga salamander.
Pantas disebut demikian sebab jumlah spesies salamander di Kosta Rika kini tak kurang dari 43 spesies. Total ada sekitar 300 spesies salamander yang tersebar di seluruh dunia dan kebanyakan hidup di belahan Bumi utara.
Hanya 5 spesies yang ditemukan di wilayah tropis bagian tengah Meksiko pada tahun 1998. Salamander adalah satu-satunya amfibi yang tidak ditemukan di Indonesia.
Salamander memangsa serangga dan cacing. Hidupnya banyak dihabiskan di air atau daerah yang lembab. Pada musim panas, mereka melakukan hibernasi (tidur panjang).
Kerdil
Tiga spesies baru merupakan bagian dari 5000 koleksi tumbuh-tumbuhan dan hewna yang dikumpulkan para ilmuwan dari Museum Sejarah Nasional London, Inggris dalam ekspedisi di Amerika Tengah. Ketiga spesies salamander ditemukan di Taman Nasional La Amistad, yang berada di perbatasan Kosta Rika dan Panama.
Salah satu spesies salamander baru yang belum memperoleh nama ilmiah termasuk dalam genus salamander kerdil Nototriton. Panjang tubuhnya hanya sekitar 2,5 centimeter dari ujung kepala hingga ekor.
Dua salamander lainnya berasal dari genus Balitoglossa yang dikenal aktif malam hari. Hewan-hewan ini berburu mangsa di malam hari dan menghilang saat siang hari.
Spesies pertama memiliki ciri tubuh yang berwarna menyolok dengan guratan merah di bagian punggungnya, kuning di perut, dan bagian lainnya hitam, mirip dengan ciri katak beracun dan sejenisnya. Panjang tubuhnya sekitar delapan centimeter. Sementara, spesies kedua memiliki waran tubuh cokelat tua dengan bagian perut berwarna cokelat muda pucat.
"Menemukan begitu banyak spesies baru di satu area benar-benar menakjubkan, apalagi mungkin di sinilah satu-satunya tempat di dunia untuk dapat menemui hewan-hewan tersebut," ujar Alex Monro, ketua tim ekspedisi.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sebaran spesies di wilayah tersebut belum banyak diketahui. Tim ilmuwan telah merencanakan empat kali ekspedisi lanjutan tahun ini untuk mempelajari lebih lanjutu kehidupan liar di sana.(BBC/WAH)
Wortel Kaya Kalsium
Dengan rekayasa genetika, wortel kelak tidak hanya dikenal sebagai ikonnya sumber vitamin A, mungkin juga menjadis umber kalsium. Para ilmuwan di AS telah membudidayakan wortel yang mengandung kadar kalsium tinggi.
Seseorang yang makan wortel super ini akan memperoleh kalsium 41 persen lebih banyak daripada wortel biasa. Para ilmuwan tersebut berharap konsumsi wortel secara teratur akan mencegah osteoporosis dan penyakit tulang sejenis.
"Wortel ini tumbuh di lingkungan yang dipantau terus dan diatur dengan perlakukan khusus," ujar Profesor Kendal Hirschi, salah satu peneliti dari Sekolah Kedokteran Baylor di Texas, AS. Namun, untuk siap dan aman dikonsumsi publik masih perlu penelitian lebih lanjut.
Selama ini, asupan kalsium banyak ditemukan pada susu. Namun, tidak semua orang bisa minum susu karena alergi dan sebagian lainnya menolak karena kandungan lemaknya tinggi. Wortel yang lebih fleksibel diharapkan bisa menjadi alternatif.
Para ilmuwan merekayasa salah satu gen wortel agar kalsium lebih mudah diserap melalui membran-membaran selnya. Meskipun kadar kalsiumnya tidak sampai 1000 miligram, rekayasa serupa pada jenis tanaman lain mungkin dapat terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh manusia.
Warna oranye
Bukan kali ini saja wortel direkayasa. Warna oranye pada wortel saat ini merupakan hasil budidaya yang dilakukan ilmuwan Belanda pada abad 17. Wortel yang aslinya berwarna ungu direkayasa agar menjadi warna oranye sesuai warna kebanggan Belanda.
Rekayasa genetika juga sudah dipakai untuk menghasilkan kentang yang lebih kering dan menyerap sedikit minyak saat digoreng sehingga lebih sehat dan renyah. Brokoli juga menjadi objek rekayasa agar menyimpan sulforaphane yang berkhasiat menggempur kanker.
"Banyak penolakan terhadap rekayasa genetika, namun secara bertahap kiata sudah bergerak dari bentuk 'makanan Frenkenstein' dan mulai menghargai manfaat kesehatan yang bisa dibawanya," ujar Profesor Susan Fairweather-Tait dari East Anglia mengomentari hasil-hasil rekayasa pada tanaman konsumsi tersebut.
Sumber: BBC
Wartawan: WAH
Jantung Mati Bisa Dihidupkan Lagi
Sungguh menakjubkan, jantung yang telah mati dapat dihidupkan kembali di laboratorium dan kembali berdenyut sendiri. Terobosan ini menjanjikan penyediaan organ-organ transplantasi sesuai kebutuhan pasien penderita penyakit gagal jantung, ginjal, atau organ dalam tubuh lainnya.
Seperti dilansir jurnal Nature Medicine, jantung yang dihidupkan kembali merupakan jantung tikus yang sudah mati. Para peneliti mengambil seluruh sel jantung yang telah mati dan hanya menyisakan struktur lunak jaringan kolegennya saja melalui teknik yang disebut deselulerisasi.
Jantung mati yang telah dibersihkan tersebut kemudian disuntik sel-sel yang berasal dari jantung tikus yang baru lahir. Sel-sel baru dibiarkan tumbuh dan mengikat jaringan kolagen di atas cairan bernutrisi dalam ruangan khusus laboratorium.
Selang empat hari, jantung tersebut terlihat berdenyut kembali. Menakjubkan!
Para peneliti lalu menggunakan alat pacu jantung (pacemaker) untuk mengukur arah gerakan kontraksinya. Mereka juga merangsang jantung untuk memompa dengan mengalirkan cairan bertekanan ke dalamnya meniru aliran darah di dalam tubuh.
Delapan hari kemudian, jantung yang dihidupkan kembali mulai dapat memompa cairan tersebut dengan sempurna.
"Kami yakin alam telah menciptakan alat-alat yang sempurna dan kami penasaran apakah ada cara di laboratorium untuk memberikan alat-alat yang dibutuhkan dan membiarkan alam bekerja," ujar Doris Taylor dari Pusat Penyembuhan Kardiovaskular Universitas Minnesota, AS. Alat yang dimaksud adalah jaringan kolagen, fibronacin, dan laminin.
Taylor bekerja sama dengan Dr. Harold Otto dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, AS telah menggunakan metode yang sama untuk membuat jaringan pembuluh jantung, pembuluh darah, dan organ lainnya. Teknik ini suatu saat diharapkan dapat idpakai untuk membuat organ transplantasi dari sel-sel tubuh pasien sendiri sehingga penolakan tubuh terhadap organ transplantasi yang sering ditemui selama ini dapat dikurangi.
"Harapannya kami dapat membuat organ yang sesuai dengan tubuh Anda," ujar Taylor.
http://www2.kompas.com/
Percobaan Sederhana Tunjukan Fenomena
Tapi, justru kondisi inilah yang menarik perhatian para ilmuwan. Atas bantuan National Science Foundation dan Departemen Energi AS, para fisikawan dari Universitas Chicago mempelajari sifat-sifat pasir. Pasir yang memancar dalam waktu singkat itu mirip dengan sifat zat cair yang sangat kental.
"Kami menemukan sifat zat cair yang terlihat dalam kombinasi gas - dalam hal ini udara - dengan kumpulan-kumpulan partikel," kata ketua peneliti Heinich Jager. "Fenomena ini sangat menakjubkan," lanjutnya. Sifat zat yang unik seperti ini biasanya terjadi pada kondisi sangat dingin mendekati nol mutlak. Oleh karena itu, penampakan ini menjadi sangat menarik sebab terjadi pada suhu kamar.
Meskipun baru diumumkan kemarin, fenomena ini telah dilaporkan pertama kali pada 2001 oleh Sigurdur Thoroddsen dan Amy Shen dari University of Illinois, Urbana-Champaign. Jaeger mendorong mahasiswanya Andrew Flior untuk melakukan percobaan yang sama.
Menggunakan video berkecepatan tinggi dan simulasi komputer, satu kelompok peneliti yang dipimpin Detlef Lohse dari University of Twente Belanda menunjukkan bahwa pancaran tersebut disebabkan oleh gaya gravitasi yang mendorong partikel mengisi ruang yang ditinggalkan benda yang menabrak permukaan pasir.
Tapi untuk memastikan kebenaran pendapat tersebut, para peneliti menggunakan citra sinar-X dengan 5.000 frame perdetik. Mereka menyimpulkan bahwa tekanan udara di antara partikel pasir menghasilkan energi yang mendorong pancaran tersebut. Hal tersebut diketahui setelah percobaan yang sama pada udara bertekanan rendah, ternyata tidak menghasilkan perubahan pancaran yang besar.
"Hasilnya benar-benar tidak dapat diprediksi," kata Lohse. Perubahan tekanan sebelumnya diperkirakan akan mengurangi kekuatan pancaran tapi kenyataannya tidak. Pancarannya sendiri terdiri atas dua bagian, satu bagian rapat dan bagian lainnya merupakan rangkaian kelompok partikel seperti percikan air.
"Salah satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab adalah mengapa pancaran ini terlihat begitu tajam, mengapa hampir tidak ada batas bukankah partikel-partikelnya terpisah satu sama lain?" kata Jager. Hasil penelitian ini dijelaskan secara rinci dalam jurnal Nature Physics edisi Desember.
LiveScience.com |
IPTEK
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
===================================================================
Robot Cantik Dari Jepang
"Secara teknologi, ia sudah mencapai level tersebut," ujar Hiroshi Hirukawa, salah satu ilmuwan dari National Institute of Advanced Industrial Sciences and Technology, lembaga riset yang didukung penuh dana Pemerintah Jepang. Robot tersebut dipamerkan, Senin (16/3), dalam peragaan busana di Tokyo.
Saat berjalan, gerakan-gerakan kaki dan tangannya luwes seperti manusia. Ekspresi wajahnya juga dapat berubah-ubah dari sedih ke senang dengan mengatur gerakan mata dan mulut sesuai perintah.
Robot tersebut tampil dengan wajah khas wanita Jepang dengan kulit putih dan rambut hitam lurus sebahu. Tingginya 158 sentimeter dengan berat 58 kilogram. Sementara itu, bagian badannya masih berupa logam berwarna perak.
Selain model di catwalk, robot yang diberi nama HRP-4C itu mungkin dapat digunakan pula untuk menggantikan pemandu atau instruktur. Misalnya, pemandu arah di taman kota atau sekadar menggerak-gerakkan badan untuk memberi hiburan pengunjung tempat hiburan.
Sayang, harganya masih sangat mahal. Platform robot tanpa bagian wajah yang halus berbahan silikon akan dijual dengan harga 20 juta yen atau sekitar Rp 2,4 miliar.
Meski demikian, software yang mengatur gerakan robot tersebut akan disumbangkan kepada publik. Para pengembangnya berharap, komunitas robot di saluruh dunia dapat meningkatkan kemampuan robot tersebut dengan cepat.
Sumber :Kompas
===================================================================
Mobil Tenaga Air
sumber :Kompas
============================================================================
Fisika dan Global Warming
Suatu hal yang sering terdengar di telinga kita, global warming. Fenomena yang menjadi pusat perhatian hingga dilaksanakannya konferensi internasional UNFCCC di Bali, tahun 2007 silam. Sebagai salah satu sikapnya, juga akan dilaksanakan kembali pada 24 oktober 2009, International day of climate action.
Fenomena global warming sebenarnya bukanlah hal baru dalam kehidupan kita. Hanya memang kita hampir tidak memperdulikannya. Lihatlah dari jumlah gas CO2 (karbondioksida) yang dilepaskan ke angkasa. Mulai dari asap hasil pembakaran sampah, asap hasil produksi pabrik, hingga asap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (fossil fuel). Meski gas karbondioksida bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya global warming.
Global warming merupakan peningkatan suhu di permukaan bumi akibat panas matahari dan panas bumi yang terakumulasi di permukaan bumi. Secara sederhana, panas tersebut terperangkap oleh gas rumah kaca di atmosfir bumi. Sehingga panas yang seharusnya dilepaskan ke luar bumi, menjadi terpantulkan kembali ke permukaan bumi.
Jika kamu merasa tidak cukup melihat bukti-bukti akibat global warming, kamu bisa mencari foto-foto hasil kameramen terkemuka dunia yang berhasil mengabadikan perbedaan iklim yang terjadi pada tempat yang sama. Kamu akan melihat banyak tempat-tempat di dunia ini yang beberapa tahun lalu tertutup oleh lapisan es, kini menjadi daerah perairan ataupun lapisan esnya berkurang. Ini semua akibat kenaikan temperatur permukaan bumi. Hal serupa juga terjadi di Antartika, wilayah dengan lapisan es terluas di dunia.
Edisi kUfI kali ini akan membahas mengenai efek global warming dan akibat yang ditimbulkannya.
Management Team kucingfisika.com
Jembatan Es Antartika Patah
Ada indikasi baru bahwa lempengan hamparan es itu mungkin akan segera terlepas dari Antarktika. Gambar-gambar satelit terbaru dari Badan Angkasa Eropa (ESA) menunjukkan bahwa salah satu jembatan es yang menghubungkan lempeng Wilksin dengan dua pulau yang berdampingan telah runtuh.
Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global menyebab ambruknya jembatan es tersebut. Lempeng itu telah mengalami penyusutan sejak tahun 1990-an, tapi ini kali pertama kehilangan salah satu penghubung yang menahannya tetap di tempat.
Survei Kutub Selatan Inggris (British Antarctic Survey) menyatakan, enam lapisan es di bagian yang sama benua itu telah hilang. Sebuah foto satelit ESA menunjukkan gunung-gunung es baru tercipta yang mengapung di laut di belahan barat semenanjung Antarktika yang menonjol dari benua itu ke arah ujung selatan Amerika Selatan.
"Sangat mencengangkan bagaiman es itu pecah," kata David Vaughan, glasiologis pada British Antarctic Survey, seperti dikutip kantor berita Reuters. "Dua hari lalu, dia masih utuh. Kami menunggu lama untuk melihat ini," tambah Vaughan.
Profesor Vaughan berdiri di atas jembatan es itu bulan Januari untuk menempatkan pelacak GPS untuk memantau pergerakan. Meski patahan itu tidak memengaruhi permukaan laut, ini memperbesar kekhawatiran soal dampak perubahan iklim di bagian Antarktika tersebut.
Menurut ilmuwan, Semenanjung Antarktika telah mengalami pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam masa 50 tahun terakhir. Beberapa lapisan es menyusut dalam 30 tahun terakhir, enam dari jumlah itu ambruk total.