Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman menyatakan Kota Manado, Sulawesi Utara pernah dilanda bencana alam gelombang tsunami setinggi 20 meter pada tahun 1837, sehingga kota tersebut dipilih menjadi lokasi kegiatan "tsunami drill".
"Tsunami pada tahun 1837 berupa gelombang air laut besar didahului gempa bumi berkekuatan 8 Skala Richter di Teluk Manado pada kedalaman 11 km, berjarak 150 km dari arah Pantai Manado," kata Menristek Kusmayanto, pada acara "Tsunami Drill" di Manado, Sulut, Sabtu (27/12).
Acara tersebut dihadiri Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Aburizal Bakri, Menteri Perikanan dan Kelautan, Freddy Numberi, Gubernur Gorontalo, Fadel Muhamad dan beberapa pejabat lain di Sulut.
Kusmayanto mengatakan, adanya pengalaman tersebut, kini diperlukan antisipasi berupa latihan bersama melibatkan berbagai unsur pemerintah dan masyarakat, mengenai cara menghadapi bila terjadi musibah bencana alam seperti itu.
"Peta evakuasi dan rambu-rambu pada latihan tersebut harus dibuat permanen dan dimasukan dalam kurikulum sekolah," katanya.
Gubernur Sulut, Sinyo Hari Sarundajang mengatakan, kegiatan "tsunami drill" di Kota Manado melibatkan berbagai unsur aparat pemerintah serta segenap lapisan masyarakat Sulut. Pada kegiatan penyelamatan tsunami telah disiapkan 11 titik kumpul dan tiga titik jemput untuk dilakukan pertolongan bagi korban.
Sarundajang menambahkan, Sulut merupakan daerah berpotensi tsunami karena berada di lajur patahan tektonik, maka latihan seperti "tsunami drill" menjadi sangat penting sebagai langkah antisipasi.