AIDS, singkatan Acquired Immune Deficiency Syndrome yang berarti “sindrom kekurangan kekebalan perolehan”, merupakan penyakit yang secara permanen melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. AIDS mungkin menimbulkan berbagai tanda dan gejala, atau mungkin membiarkan tubuh mudah diserang oleh satu (atau lebih) penyakit tertentu—misalnya pneumonia, meningitis, atau kanker. Sebagai gambaran, lebih dari separuh penderita AIDS telah meninggal.
Penyakit ini pertama kali diketahui pada tahun 1981 ketika 5 orang di Los Angelos menderita penyakit Pneumocystis carinii, suatu penyakit parasit paru-paru. Meskipun AIDS telah ditemukan di hampir setiap negeri, tetap negeri asal penyakit ini belum diketahui.
Agen penyebab AIDS dikenal sebagai retrovirus. Retrovirus berisi sebuah enzim yang disebut “transkriptase balik” yang memungkinkan virus untuk menghasilkan tiruan di dalam sel induk. Virus AIDS dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis pada tahun 1983 dan di Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) ada tahun 1984. peneliti Perancis menamakan virus ini lymphadenopathy-associated virus (LAV, virus terhimpun limfadenopati); peneliti Amerika menamakan virus temuannya human T-cell lymphotronic virus type III (HTLV-III). Kemudian, Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan humanimmunodeficiency virus (HIV, virus kekurangan kekebalan manusia) sebagai namanya yang diterima.
Sistem kekebalan adalah bagian dari tubuh yang melawan infeksi dan penyakit. Sistem ini menanggapi secara berbeda terhadap berbagai patogen (agen penyebab penyakit). Patogen yang menyebabkan terjadi respons kekebalan adalah protein asing yang disebut antigen.
Salah satu jenis sel yang diproduksi tubuh untuk membantu melawan infeksi disebut fagosit. Dalam beberapa hal, suatu sinyal kimia dikirim ke fagosit. Lalu fagosit dikirim untuk menghancurkan badan asing itu.
Sel lain yang melawan infeksi adalah sel-T dan sel-B, yang diproduksi di sistem limfatik dan disebut limfosit. Bila suatu antigen ada di tubuh, sel-sel-T memprosesnya sehingga dapat dikenal oleh sel-B. Sel-B lalu menghasilkan antibodi yang cocok dengan antigen tertentu. Antibodi mengikat diri dalam antigen sehingga menjadikan patogen mudah diserang oleh fagosit. Sekali tubuh menghasilkan antibodi terhadap suatu patogen tertentu, seterusnya memori sel-B dapat menghasilkan antibodi itu kapan saja terjadi serangan oleh patogen yang sama.
Aksi virus HIV berlainan dari aksi sebagian besar organisme patogen. Justru perbedaan inilah yang membuatnya menjadi ancaman. Bila HIV memasuki tubuh, virus ini mencari limfosit penolong-T, yaitu sel khusus yang menolong limfosit lain menghasilkan antibodi. Bila HIV menemukan limfosit penolong-T itu, HIV akan memasuki sel itu. Begitu berada di dalamnya, HIV segera bereproduksi kembali dengan cepat sehingga menghancurkan sel induk dan bereplikasi perlahan-lahan dan mengirimkan lebih banyak partikel virus menyerang sel-sel penolong-T yang lain.
HIV dapat memperbanyak diri karena ia berisi enzim transkriptase balik. Zat ini memungkinkan materi genetik virus, yaitu asam ribonukleik (RNA), beraksi sebagai cetak biru bagi produksi asam deoksiribonukleik (DNA). Lalu DNA mengirimkan ciri-ciri keturunan kepada generasi HIV berikut.
Karena sel-sel penolong-T amat penting dalam melawan infeksi, kehancurannya oleh HIV menyebabkan tubuh mudah diserang oleh patogen lain. Limfosit sebenarnya menghasilkan antibodi untuk mengimbangi antigen HIV, tetapi tidak terjadi ikatan. Antibodi yang dihasilkan bersifat “tidak-menetralkan”. Oleh sebab itu, antibodi itu tidak membantu tubuh melenyapkan HIV.kebanyakan orang mengembangkan antibodi dalam 12 minggu setelah tertular.
Tidak semua orang yang terserang HIV mengidap AIDS. Banyak orang yang ber-HIV tidak menunjukkan gejala sama sekali, meskipun dia dapat menulari orang lain. Beberapa orang yang tertular menunjukkan tanda atau gejala umum yang disebut kompleks terikat-AIDS (ARC). Gejala ini termasuk: capai, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat, diare kronik, demam, bengkak kalenjar limfa, bercak kulit, keringat malam, dan/atau berketahanan rendah terhadap infeksi. Tentu saja semua gejala ini juga bisa timbul karena penyakit lain.
Banyak orang dengan ARC mengidap AIDS. Beberapa orang lain mengidap AIDS langsung, tanpa harus menunjukkan gejala ARC. Orang mengidap AIDS bila sediaan sel penolong-T mereka menjadi demikian menurun sehingga penyakit lain, disebut penyakit oportunistik, memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang rusak. Dari penyakit ini yang termasuk lebih serius adalah Sarkoma Kaposi (sejenis kanker), Pneuminiacytis carinii, mikrobakteriosis tersebar (penyakit karena bakteri), dan kristosposidiosis (sustu jamur). AIDS juga dapat menyebabkan kehilangan berat yang mematikan, yang sering disebut “sindrom pembuangan”, dan manifestasi neurologis tertentu.
Periode antara waktu tertular oleh sebuah patogen dan benar-benar sakit karena tertular itu disebut waktu inkubasi. Meskipun para ilmuwan belum tahu sebabnya, waktu inkubasi AIDS itu berbeda-beda untuk setiap penderita. Misalnya, bayi yang tertular saat dilahirkan sering jatuh sakit sebelum berusia 1 tahun. Namun, banyak orang dewasa baru merasa sakit setelah 5 tahun tertular. Telah disepakati bahwa waktu inkubasi untuk AIDS mungkin selama 14 tahun untuk sementara orang. Namun, rata-rata waktu inkubasi itu adalah 7 tahun.