Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog KIR MAN 1 Jakarta

29 Okt 2008

Berpikir ilmiah

Posted by KIR MAN 1 Jakarta 12.32, under | 1 comment

Berpikir Ilmiah Terang sudah kunci karya ilmiah adalah pada proses berpikirnya, berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah dipilah pada dua pola, yaitu: berpikir deduktif dan induktif. 1. Berpikir Deduktif Berpikir deduktif atau berpikir rasional berdasarkan logika deduktif. Operasinalisasi logika deduktif dimana kesimpulan ditarik dari pernyataan umum menuju pernyataan khusus menggunakan penalaran (berpikir rasional). Produk berpikir deduktif digunakan untuk menyusun hipotesis. Contohnya: Setiap manusia pasti mati. Herry Porda Nugroho, Ahmad Sofyan, dan Rasmadi adalah manusia. Ketiganya pasti mati (karena dia manusia). Proses penarikan kesimpulan tersebut dinamakan logika deduktif. Akan muncul masalah atau pertanyaan, misalnya: Siapakah yang lebih dulu mati? Dari pertanyaan diturunkan hipotesis (praduga): 1. Herry Porda Nugroho lebih dulu mati.2. Achmad Sofyan lebih dulu mati.3. Rasmadi Lebih dulu mati. Selanjutnya, ‘membuktikan’ siapakah paling dulu mati? Uji melalui teori (tanda-tanda) kematian, argumentasi berdasarkan faktor-faktor kematian yang telah terdeteksi. Hipotesis diuji dengan penalaran. 2. Berpikir Induktif Berpikir induktif dimana pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan bersifat umum. Proses berpikir induktif dimulai dari pengamatan lapangan atau pengalaman empiris. Data hasil pengamatan disusun, diolah, dikaji untuk ditarik kesimpulannya. Kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan pengamatan empiris tidak menggunakan penalaran (rasio), tetapi melalui statistika. Misalnya untuk mengetahui kemampuan dosen Unlam membuat karya ilmiah. Mengamati makalah, artikel ilimiah, dan buku teks hasil karya dosen Unlam. Pertanyaan yang muncul: Karya ilmiah yang manakah yang paling menonjol hasil karya ilmiah dosen Unlam? Hipotesis (praduga) yang diajukan:1. Dosen Unlam lebih piawai menulis makalah dibandingkan menulis artikel ilmiah atau buku.2. Dosen Unlam lebih menekuni menulis makalah artikel ilmiah dibandingkan menulis buku.3. Dosen Unlam lebih menyukai menulis artikel ilmiah dibandingkan menulis makalah.4. Dosen unlam lebih menyukai tidak menulis apa pun karya ilmiah karena berprinsip, pembelajaran cukup dengan ‘mendongeng’ saja di kelas karena menulis karya ilmiah dianggap sebuah kejahaan, atau pertanyaan lainnya berdasarkan kemungkinan. Pengujian hipotesis tidak melalui argumentasi teoritis ataupun pengkajian teori, melainkan dengan kajian data-data karya dosen Unlam. Misalnya, ditemukan sekian makalah ilmiah, sekian artikel ilmiah, sekian buku (ilmiah). Dari hal tersebut ditarik kesimpulan berdasarkan analisis data, bukan berdasarkan penalaran.
Metode Ilmiah Seperti telah ditulis pada bagian awal, dalam dunia ilmiah, kita mengenal rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme mengandalkan rasio; logika, penalaran. Empirisme berpijak pada data lapangan. Gabungan kedua cara berpikir tersebut dalam praktiknya disebut metode ilmiah yang menghasilkan pengetahuan ilmiah. Berpikir ilmiah adalah gabungan berpikir deduktif dan induktif. Kedua cara berpikir melahirkan siklus berpikir, hipotesis diturunkan dari teori, diuji melalui verifikasi data secara empiris. Dengan kata lain, berpikir rasional menghasilkan hipotesis, kebenaran hipotesis mengalami pengujian secara empiris. Hipotesis yang dikukuhkan fakta empris merupakan kebenaran ilmiah. Cara berpikir sedemikian disebut berpikir ilmiah, lazim pula disebut sebagai logiko-hipotetiko-verifikatif. Dengan kata lain, cara berpikir sedemikian itulah yang dikatakan metode ilmiah. Anak kandung berpikir ilmiah. Metode ilmiah melalui tahapan runtut yang tidak bisa dibolak-balik, yaitu:
1. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan prosedur awal cara kerja metode ilmiah manakala masalah telah ‘ditemukan’, dan atau, ditetapkan. Masalah berupa pertanyaan untuk dicarikan jawabannya. Pertanyaan bersifat problematis mengandung banyak kemungkinan jawaban. Masalah bersumber dari teori, konsep, prinsip ataupun fakta-fakta khusus secara empiris. Dengan kata lain, masalah bisa diturunkan dari proses berpikir deduktif maupun induktif. 2. Mengajukan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atau jawaban nerupa dugaan dari pertanyaan atau rumusan masalah. Hipotesis diturunkan dari kajian teoritis melalui penalaran deduktif. Pada praktiknya hipotesis dikategorikan atas hipotesis nol dan hipotesis kerja. Hipotesis nol dalam bentuk notasi adalah: A=B. Artinya, tidak terdapat perbedaan antara A dengan B. Hipotesis kerja dalam bentuk notasi adalah: A > C atui A <>

1 komentar:

hebat juga tuh cumi kecil lunak tapi punya banyak kasiat

Posting Komentar

Tags

Info

Hasil Musyawarah Besar KIR Alkhawarizmi MAN 1 Jakarta, Terpilih Astria Astrid XI IPA (Ketua) Khoerunnisa (XI Bahasa) sebagai Wakil Ketua KIR. Terima kasih kepada kawan-kawan yang sudah menepatkan hadir pada MUSYAWARAH BESAR KIR MAN 1 Jakarta.Salam hormat tim creative Sabtu 25 Juli 2010

Support